Siti Horiah mencoba kuat, seperti hujan yang tidak pernah lelah jatuh berkali-kali!

Minggu, 20 April 2014

Ketika Bintang Memiliki Sebuah Mimpi



            Ketika oranglain berkata “Aku terlahir kedunia untuk mengatakan I love you padamu.” Aku rasa aku berbeda dengannya, “Karena Aku terlahir ke dunia untuk membawa perubahan besar.” Mungkin ini terdengar sedikit konyol. Suatu hal yang bahkan tidak mungkin bisa dilakukan banyak orang besar di atas parlemen sana. Hal yang sudah sangat asing diperdengarkan. Mungkin kalian berpikir bahwa perubahan itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mememiliki kekuasan bukan oleh orang seperti Aku. Seorang mahasiswa teknik nuklir biasa dengan nilai rata-rata yang ditambah dengan sedikit pengalaman hidup dan prestasi akademik. Terlebih lagi kedua orang tuaku juga bukanlah seseorang yang berasal dari kalangan bangsawan ataupun seorang civitas Negara. Apapun alasannya aku tetap aku yang berusaha menjadi diri sendiri dengan sejuta impian besar. 

            Berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah kota besar di daerah Jawa Barat yaitu kota Bogor, impianku pun dimulai. Mencoba menggoreskan sedikit demi sedikit tinta sejarah yang mungkin bukan hanya mengubah hidup diriku ataupun hidup keluargaku tapi juga ikut membawa perubahan bagi orang banyak. Karena Aku tahu bahwa sebaik-baiknya manusia adalah seseorang yang memberikan manfaat pada orang banyak. Kami sekeluarga hidup untuk waktu yang lama ditanah perantauan itu. Ayahku berasal dari Provinsi indah di ujung Nusantara ini, namanya pernah mengguncangkan perdamaian dunia karena bencana alam tsunami yang menimpanya. Ya, Banda Aceh adalah kota tempat kelahiran laki-laki itu, laki-laki yang sangat sempurna didunia ini bagi kami sekeluarga. Perjuangan hidupnya yang keras menjadi keteladananku hingga hari ini. Laki-laki sederhana dengan sejuta pesona itu menikahi seorang gadis luarbiasa yang dilahirkan ke dunia untuk melahirkan beberapa calon pemimpin yang akan membawa perubahan pada Dunia. Gadis yang terlihat sedikit galak namun penuh kasih sayang itu adalah ibuku. Berbeda dengan ayahku, ibuku berasal dari sebuah pulau kecil penghasil garam terbesar di timur Pulau Jawa, yaitu Madura. Sebuah kota yang sangat indah untuk menikmati hidup dengan kawasan pantainya yang sangat panjang. 

            Mereka berdua memberikan Aku enam orang teman perjuangan hidup dengan sejuta karakter yang berbeda. Mereka yang mengisi keceriaan didalam rumah kami, mereka yang membuat bangga kedua orang tuaku dengan sejuta prestasinya. Mereka semua bilang ingin menjadi seperti diriku. Aku tak percaya karena selama ini aku menjadi tokoh teladan bagi adik-adikku itu. Mereka bilang ingin menjadi seperti diriku yang memiliki impian besar. Menjadi seorang ahli Nuklir yang memperjuangkan kedaulatan energi. Mereka bilang ingin menjadi seperti diriku, bahwa ketika aku meninggal nanti dunia ini akan mengenangku sebagai pejuang kedaulatan energi dan mampu membawa Indonesia menjadi Negara maju dengan energinya. 

            Ketika hal ini bisa tertulis usiaku hampir duapuluh tahun, usia yang aku rasa cukup untuk beberapa tahun lagi mewujudkan impian itu. Sebenarnya perjuangan itu sudah aku mulai sejak lama. Dengan hobbyku menulis aku mencoba menyampaikan beberapa pesan anak bangsa pelosok untuk sampai pada telingan pemimpin Negeri ini. Mencoba menulis dan menggabungkan kisah inspiratif bersama komunitasku untuk menginspirasi Indonesia pada dunia pendidikan hari ini. Membantu membuka mata orang banyak bahwa pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi itu sangat penting, karena perubahan dimulai dari pendidikan yang intelektual dan agamis. Mungkin berat, tapi itulah beban seseorang yang bernama Siti Horiah dengan predikatnya sebagai Mahasiswa Terinspiratif di kampus besar tempat aku mencari ilmu. Beban yang ditanggung sebagai beban seorang muslim untuk sama-sama mmeberi manfaat pada orang banyak. Bukan untuk mencari penghargaan lain dari orang banyak atau mendapat sapaan terimakasih dari semua orang, tapi beban untuk coba membawa perubahan besar pada Negeri ini. 

            Aku rasa aku harus melakukannya sebagai bentuk pengabdian seorang mahasiswa pada negara. Walaupun aku baru mengenyam pendidikan semester empat dan berada jurusan yang tidak berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, namun aku rasa aku perlu melakukan perubahan itu hari ini. Hal ini juga ditambah dengan keberadaanku di Universitas nomor satu di Indonesia yaitu Universitas Gadajah Mada dengan sejuta pesona prestasi yang telah diukir oleh senior-senior jauh diatasku. Universitas dengan predikat sebagai unversitas kerakyatan membuat semua yang berda didalamnya memiliki tanggung jawab dua kali lebih besar dari pada tanggung jawab mahasiwa di universitas lainnya untuk membuat perubahan. 



Aku sedikit heran ketiaka ada orang lain yang berpikir bahwa mahasiswa hanya punya kewajiban belajar dan tidak lebih dari itu. Ketika banyak orang diluar sana berpendapat bahwa mahasiswa hanya boleh berkeliaran didalam laboratorium dengan setumpuk laporan praktikum. Dan mahasiswa tidak punya cukup banyak ilmu pengetahuan untuk mengkritik orang tua yang berada di atas parlemen pemerintahan sana. Aku sama sekali tidak setuju dengan semua pendapat yang ada disana, maka dari itu aku menghabiskan banyak waktu kuliahku untuk mengurusi pergerakan mahasiswa. Pergerakan itu diwadahi dalam sebuah organisasi yang bernama Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa. Sudah sejak duduk dibangku SMP aku adalah seorang organisator, bahkan di SMApun aku sempat menjadi ketua Paskibra sekolahku. Mencoba menyibukan diri dengan berbagai kegiatan adalah hobbyku, aku tidak bisa hanya tinggal diam dikamar untuk waktu yang lama dan hanya memikirkan masalah sekolah atau kuliah saja. Maka dari itu aku selalu mencoba membagi waktuku dengan hal-hal yang berguna seperti ini.

Ketika hari ini aku hanya bisa melihat terangnya sinar bintang dari bawah kaki langit ini, maka sejak saat itu aku berharap dan berdoa untuk bisa menjadi bagian dari bintang yang bersinar disana. Mencoba membawa impianku berkeliling Eropa dan menggantungkannya diatas Menara Eifel untuk dilihat dan dipuja semua orang karena ke anggunannya. Melakukan apa yang orang lain tidak lakukan untuk mendapatkan apapun yang orang lain tidak pernah dapatkan.

-          Penuh pejuangan di parkiran Roller Coaster -