Segelintir
kisah anak teknik nuklir universitas gadjah mada, oke gue akan menceritakan
sedikit tentang kehebohan dibalik layar mahasiswa dengan jurusan yang limit di
Indonesia. Ya, teknik nuklir itu Cuma ada satu di Indonesia tepatnya di UGM
Yogyakarta (Universitas Gadjah Mada). Gila siapa coba yang gak bangga bisa
masuk di jurusan ini, tapi jangan salah paham dulu. Ternyata banyak banget
cerita dibalik suka dukanya ada di Jurusan yang awalnya Cuma ada satu di ASEAN
ini, itu dulu sekarang udah ada juga teknik nuklir di Malaysia.
Berawal
dari sebuah kebanggaan bisa diterima di Teknik Nuklir yang punya kuota Cuma 50
orang. Heem, dulu gue sama anak yang lain berpikir tentang kenapa kuota buat
teknik nuklir Cuma sedikit ketimbang jurusan lain di UGM yang kuotanya bisa
sampe 200-350 orang. Mungkin dibuat sedikit karena peminatnya sedikit, telisik
demi telisk ternyata kita salah karena ternyata probabilitas saingan masuk
teknik nuklir baik lewat jalur undangan atau jalur ujian tulis itu bisa satu
banding tigapuluh orang. Gila gak tuh? Bersaing mati-matian namanya. Oke
hipotesis pertama tentang sebab kuota sedikit di teknik nuklir sedikit salah. Terus, kita
punya pikiran lagi tentang sebab yang lain, yaitu karena emang profesi setelah lulus
dari teknik nuklir cuma sedikit atau mungkin gaka ada sama sekali, jadi
Indonesia emang gak butuh banyak-banyak Sarjana Teknik Nuklir. Dan tau,
ternyata hipotesis kita yang kedua ini juga salah man. Gimana gak salah, ternyata hampir semua profesi bisa kita
masukin dengan ilmu yang kita dapat waktu kuliah di teknik nuklir. Lah, terus
apa dong alasannya teknik nuklir Cuma ada satu dan kuotanya sangat-sangat
sedikit? Ternyata jawabannya adalah karena ilmu nuklir itu berbeda dari ilmu
lainnya, gak semua orang mau dan bisa mempelajarinya, alat laboratorium yang
ada juga belum sempurna dan jumalahnya belum banyak banget karena keterbatasan
dana, dan yang terkahir adalah karena Indonesia belum sepenuhnya mau berpihak
sama energi yang satu ini. Oke semoga aja di tahun kedepannya Indonesia bisa
menjadi lebih baik dan terbuka pikirannya dengan pemanfaatan energy nuklir ini.
Sampe
disini kita semua anak teknik nuklir merasakan bangga yang luar biasa, ya
gimana enggak lolos SNMPTN aja itu bangganya luar biasa, sekarang di Teknik
Nuklir, Universitas Gadjah Mada lagi. Ya, awal yang baik memang untuk mencapai
tujuan yang baik. Pada masa itu, kalau kalian tanya sama MaBa (Mahasiswa Baru)
teknik nuklir rata-rata mereka semua pasti bingung kenapa bisa memilih teknik
nuklir sebagai program studi lanjutannya. Kenapa gak Fisika Teknik aja sekalian
atau teknik kimia gitu yang memang dari awal udah dapet basicnya di SMA. Ya,
itulah takdir. Bahkan gue sendiri bingung kenapa bisa memilih teknik nuklir
padahal gue suka nya sama pelajaran kimia.
Awalnya
gue sangka (waktu itu pikiran gue masih awam) teknik nuklir itu adalah anaknya
teknik kimia makanya dari itu gue yang sama sekali gak suka dengan mata
pelajaran fisika memilih dengan pasti teknik nuklir untuk menghindari fisika.
Alhasil ternyata Teknik Nuklir dan Fisika Teknik itu satu jurusan. Pernah suatu
hari gue ngotot sama senior gue tentang Fisika Teknik dan teknik nuklir.
Berawal
dari Her-Registrasi hari pertama, semua senior bakalan ngejemput kita para MaBa
di Gedung Serbaguna Universitas ini, namanya GSP. Gue yang waktu itu kehilangan
arah berjalan dengan polosnya sambil tengok kanan-kiri dimana pada saat itu
suasana penuh dan sesak. Hampir semua kakak-kakak jurusan megang papan kecil
yang nunjukin identitas jurusannya masing-masing. Yah, lebih tepatnya mereka
kaya orang-orang yang mau jemput kenalan barunya di bandara sambil bawa papan
nama. Selangkah dua langkah, gue gak ketemu sama tulisan ‘Teknik Nuklir’.
Langkah selanjutnya, ternyata gue masih gak bisa nemuin juga, bahkan sampai
habis gue puterin GSP tapi gak nemu juga tuh papan nama jurusan gue. Sampe
frustasi dan akhirnya gue mengira kalau memang anak teknik nuklir itu gak gaul
masa acara arak-arakan MaBa aja mereka gak ikut sih. Mungkin inilah nasib punya
senior yang sedikit. Sampai pada akhirnya ada seorang senior mendekati gue yang
udah terlihat kaya anak kecil mau nangis karena gak punya temen. Postur tubuh
senior gue ini sedikit gemuk, berkacamata, dan berjilbab. Oke sebut saja dia
Mbak Rismah. Gue lihat papan yang dia pegang, berharap kalau mbak ini adalah
senior gue. Ternyata salah, tulisan di tangan mbak Rismah itu bukan nama
jurusan gue, tapi nama jurusan yang gue hindari kemarin, ya ‘Fisika Teknik’.
“Kamu
jurusan apa dek?” Tanya mbaknya lemah lembut banget.
“Teknik
Nuklir mbak, tau gak dimana?” Kata gue dengan nada sedikit songong.
“Oh
disana, gabung aja dibawah spanduk yang ada tulisannya ‘Calon menantu idaman’.”
Sambil nunjuk beberapa Maba yang terlihat bangga banget karena ada dibawah
tulisan yang pada masa itu gue akuin keren.
Dengan
bangganya gue berjalan ke arah mereka, gak sabar rasanya nyamperin temen-temen
teknik nuklir yang limited ini. Pasti mereka semua orang yang hebat-hebat dan
keren. Sambil terus melangkahkan kaki ini, tiba-tiba ada hal yang janggal dalam
semua ini. Gue rasa ini bukan teknik nuklir deh, kok ceweknya banyak banget.
Setau gue haruasnya Cuma ada lima cewek disitu tapi kenapa ada banyak banget
jumlahnya. Wah, kayanya ini bukan teknik nuklir deh. Benar aja, gak jauh dari situ
gue liahat ada sebuah papan kecil yang di pegang oleh salah satu senior di
dekat kerumunan itu yang bertuliskan ‘Fisika Teknik’. Lah, berarti mbak yang
tadi beneran salah ngasih tahunya, mungkin dia kira gue anak Fisika Teknik kali
yah. Akhirnya gue samperin mbaknya lagi dan minta pertanggung jawaban perlakuan
dia dengan sedikit ngotot.
“Mbak
Teknik Nuklir dimana?”
“Iya
disitu dek, di bawah spanduk yang tadi udah aku tunjukin.” Jawab mbaknya masih
ramah.
“Itu
kan Fisika Teknik mbak.”
“Iya
memang Fisika Teknik.”
“Aduh
mbak, saya itu teknik nuklir.” Emosi gue muncak
“Iya
sama aja adek.” Emosi mbaknya ikutan muncak
“Beda
mbak, teknik nuklir gak samalah sama Fisika Teknik.” Ngotot karena merasa gue
dipermainkan.
“Sama
dek, Teknik Nuklir dan Fisika Teknik itu nama program studi tapi mereka dalam
satu jurusan yang sama yaitu Teknik Fisika. Disitu juga ada senior Teknik
Nuklirnya kok.” Sahut mbak Risma sambil nunjuk seseorang dibelakang sana yang
langsung mengambil perhatian gue dengan pancaran auranya.
Gak
pake lama, gue langsung menuju senior yang direkomendasiin sama Mbak Risma.
Mencoba memperhatikan senior ini, entah kenapa gue langsung lupa kalau gue satu
jurusan sama fisika teknik yang artinya bakalan banyak banget mata pelajaran
fisikanya saat kuliah nanti. Gue langsung skakmat man karena liat ini senior.
Gila manis banget udah gitu ramah lagi. Kalau aja gue gak punya malu udah gue
ajak kenalan deh ini kakak satu.
Oke
lupakan hal itu, sekarang mari kita lanjutkan pembahasan mengenani teknik nuklir
dan fisika teknik. Gue saranin deh buat semua orang yang mau masuk Teknik
Nuklir itu dipikir berkali-kali karena teknik nuklir itu bener-bener identik
dengan yang namanya fisika. Liat aja mata kuliahnya ada elektronika, rangkaian
listrik, fisika dasar aja sampe dua kali, belum lagi fisika atom inti. Nah
inilah beberapa kesalahan gue sama temen-temen gue yang rata-rata gak suka
fisika tapi malah berani nyemplung ke teknik nuklir. Coba aja tanyain sama
temen-temen teknik nuklir, berapa persen sih anak yang suka sama fisika? Tapi
untungnya mata kuliah yang berbau fisika Cuma bertahan sampe dua semester,
sisanya bener-bener mempelajarai tentang ke-nukliran. Bukti dari banyaknya kita
gak suka sama pelajaran fisika itu yah liat aja dari nilai fisika dasar kita yang banyak dapet dibawah nilai B, ya
berlimpah banget tuh anak-anak yang dapet C bahkan D. Tapi kita gak peduli,
karena basic sesungguhnya kita disini itu memang harusnya ilmu tentang
ke-Nukliran. Gagal paham sama jurusan sendiri kali yah lebih tepatnya. Tapi
hidup bagi kita belum berakhir sampai disini man.
Kenapa
gagal paham terjadi sama kita? yah mungkin karena kita bener-bener terlalu
crowded bisa di terimanya kita di teknik nuklir. Gak sedikit loh yang bingung
kenapa kita bisa sampe diterima di jurusan ini. Gak nyangka sama kemampuan yang
kita miliki apalagi kita yang diterima lewat jalur rapor, ya mungkin ini salah
satu dampak dari sindrom SNMPTN yang bergejolak setiap setahun sekali. Pernah
satu percakapan gue sama temen baru gue, sebut saja namanya Hibat dan Avy. Ya,
mereka ini adalah temen-temen pertama yang gue temuin. Ternyata emang bahasan
pertama obrolan kita itu gak terlalu bermutu, ya tentang kenapa ya kita bisa di
terima di teknik nuklir?
“Lu
tau gak, gue kok heran yah kok gue bisa di terima di teknik nuklir? Apa
jangan-jangan gak ada yang daftar kali, makanya itu gue bisa diterima.” Sahut
gue sama kedua orang yang terlihat kalem awalnya.
“Kok
sama sih pikirannya sama aku, aku juga mikirnya kaya gitu. Mana jumlah kita
yang harusnya berdua puluh kok Cuma ada sembilan belas orang ya?” Celoteh hibat
dibumbui oleh logat pekalongan yang waktu itu bener-bener kentel.
“Iya
kali yah emang Cuma sembilan belas yang daftar, makanya aku juga heran padahal
rankingku gak gede-gede amat.” Avy mulai nimbrung.
Ya,
disitulah kebingungan kita kenapa kita bisa diterima di teknik nuklir. Sampe
pada akhirnya kita tahu kalau yang daftar di teknik nuklir pada masa itu mencapai
angka empat ratus orang. Oke ternyata kita memang hebat bisa bersaing dengan
empat ratus orang untuk bisa menduduki duapuluh bangku teknik nuklir ini.
Terlepas
dari kebanggaan kita bisa diterima di teknik nuklir. Ternyata banyak banget loh
duka diluar sana. Apa lagi kita yang anak undangan, setelah diterimanya kita di
jurusan ini kita itu menjadi pengangguran dulu selama dua bulan sambil menunggu
kedatangan teman baru yaitu anak-anak yang lolos SNMPTN tulis. Selama masa
pengangguran itu banyak banget hal yang kita lakuin, ada yang ngambil part time
untuk nambah-nambahin bekal kuliah nanti. Ada juga yang jalan-jalan keliling
rumah saudara, mungkin awalnya mau minta restu berangkat mencari ilmu ke
Yogyakarta tapi telisik punya telisik niat mereka ke rumah saudara itu sama
kaya anak yang ngambil part time yaitu untuk mencari uang bekal kuliah besok.
Nah selama masa ini, banyak banget orang-orang yang nanya pada masing-masing
ribadi kita tentang tempat kuliah kita nantinya. Gue kasih contoh pertanyaan
dan pernyataan yang sering terlontar dari orang-orang yang pertama kali dengar
kita diterima di teknik nuklir.
“Mbak,
kamu keterima dimana?” Ini lah pertanyaan yang sering banget terlontar.
“Teknik
Nuklir UGM.” Kalau ini sih jawaban yang terlontar dari bangga sampai malas juga
karena udah tau pernyataan apa yang akan keluar dari mereka setelah mendengar
nama jurusan yang gue ambil.
“Hah
gila! Mau bikin BOM yah?”
“Are
you teroris?”
“Nanti
kamu mandul loh, hati-hati!”
“Nanti
semester empat wajib nikah yah?”
“Anak
buahnya ISRAEL mesti ini.”
“Kenapa
ambil jurusan ini? Kalau lulus jadi apa?”
Hello,
inilah pernyataan yang awalnya sempet bikin gue dan anak-anak lainnya merasa capek
dan sedikit minder. Kemaren gue sama kaya mereka yang awam sama yang namanya
nuklir. Tapi sekarang gue mau jelasin kalau semua pernyataan mereka di tas itu
salah. Kalau gak percaya cobain aja masuk teknik nuklir.
‘Kamu
teroris yah, mau bikin BOM yah?’ Ini pernyataan keren tapi sedikit gila. Seru
juga sih kalau kita bisa bikin bom tapi masa iya sih, pemerintah gak ngelarang
adanya jurusan ini kalau kita belajar empat tahun Cuma buat bikin bom aja.
Dengerin yah, selama delapan semester ini gak ada tuh namanya mata kuliah
pembuatan bom atau sejenisnya. Heem, setau gue juga sih gak ada tuh senior gue
yang udah lulus bisa bikin bom atau bahan peledak lainnya terus dia diburu tim
densus dan masuk penjara gara-gara jadi teroris. Oke fine kan, kalau kita itu
mahasiswa biasa aja kan bukan pembuat bom atau teroris kaya yang kalian duga.
Tentang
mandul atau harus nikah cepet juga ini tuh Cuma mitos belaka. Asal tau aja yah,
hura-huru mikirin nikah di semester empat ujian aja gak kepikiran. Faktanya aja
gue, temen gue dan bahkan senior gue itu banyak banget yang masih jomblo kok.
Terus mau nikah sama siapa? Bahkan gue belum pernah liat senior gue nikah dan
bawa-bawa anak ke kampus. Kalau masalah mandul sih, bukan dari teknik nuklir
tapi dari datangnya dari Tuhan. Belum ada sih kasusnya ada yang mandul karena
teknik nuklir. Ini karena kita tahu batasan dan proteksi radiasi yang aman saat
kita sedang di laboratorium. Oh My God, maka pernyataan apa lagi yang akan
kalian keluarkan tentang teknik nuklir? Oke lupakan, pokoknya ini fakta
sesungguhnya tentang gue, mahasiwa lainnya dan teknik nuklir.
-Bersambung-
huakakak always love what you've posted :3
BalasHapus