Hari
ini gue sama temen gue, ulfah, pergi muter-muter lingkungan kampus buat nyari
kos-kosan. Ya, kita berdua punya niat buat pindahan kos dari kos kita
masing-masing dulu. Niatnya sih nyari yang lebih murah tapi gak murahan. Nyari
yang enak tapi yang gak kelewatan enaknya, bahaya kalau nantinya kita bakal
ngerasa lebih nyaman dikos dari kampus. Bisa-bisa kita gak pergi kekampus dan
nongkrong seharian di kamar. Nyari yang sepi tapi juga gak kelewat sepi lah,
biar bisa kalau lagi nonton film horor dikamar sendirian gak berasa banget
takutnya. Sebenarnya kita punya kriteria sendiri masalah kosan yang bakalan
kita tempatin nantinya. Klasik lah kriterianya sebagaimana kriteria umum
kebanyakan mahasiswa kalau nyari kosan.
1. Kita nyari
kosan yang gak ada jam malem (ini adalah kriteria penting banget).
Gak akan
bebas deh kalau punya kosan yang ada jam malemnya, apa lagi kita berdua adalah
anak teknik. Gak akan bisa deh disuruh pulang kekosan sebelum magrib atau harus
nelepon ibu kosnya kalau mau pulang lewat dari batas yang telah ditentukan.
Sebenarnya alasan ini 75% dipakai untuk memperjuangkan hak bermain malem-malem
(alias nongkrong) kalau alasan buat dipake kerja kelompok mah Cuma 10%
(jarang-jarang kok teknik fisika punya tugas yang harus dikerjain sampai larut
malam). Sisanya dipakai buat belanja, nyari makan atau sekedar main diluar
kosan.
Beberapa kos yang kita temuin
ternyata punya jam malem yang bener-bener kelewatan. Biasanya jam malem itu
berlaku dari jam sembilan malem ke atas, for your information aja yah
sebenernya jam malem itu bisa ditawar loh. Asalkan kita bisa negosiasi yang
baik dengan ibu kos nya. Dan beberapa kos yang kita temuin hari ini terkadang
ngasih toleransi sampai jam dua belas malem. Tapi beda sama kos yang kita
temuin satu ini. Ibu pemilik kosnya sedikit freak,
ya sebut saja ibu ini adalah ibu Murni.
Gue :“ibu ini ada jam malem nya?”
Ibu Murni :”Ada dek, sesuai standar-standar kosan
di Jogja.” (WTF, standar?? Ini ngomongin harga kosan apa ngomongin jam malem?)
Gue :”Jam sembilan yah bu?”
Ibu : (bengong sebentar) “Ya,
tenang masih bisa ditawar kok.”
Gue :“oh ya bu, maksimal sampai
jam berapa?” (sedikit lega karena ibunya bisa di nego)
Ibu Murni :”setengah sepuluh ya!”
Gue : (tiba-tiba hilang dari hadapan
si ibu)
Ini ibunya gimana sih? Katanya boleh
ditawar tapi kok Cuma setengah jam. Oke kebayang deh kalau kita jadi ngekos
disitu.
2. Kriteria
kedua yang mendukung kenyamanan dalam dunia kos-kosan adalah murah
semurah-murahnya tapi gak murahan (please kriteria ini gak bisa di abaikan,
karena kita gak pernah tahu kapan saldo ATM kita akan terisi full dan cukup
membayar kos tepat waktu).
Tenang aja
semahal-mahalnya kos-kosan di Jogja lebih murah dari kos-kosan mahal di daerah
lain seperti Jakarta, Bandung atau kota metropolitan lainnya. Ya, standarnyanya
sih kemaren kita mencari kos-kosan yang harganya sekitar 300-350.000. Maklumlah
mahasiswa yang bergantung hidupnya dengan beasiswa gak bisa asal sembarang
pilih harga kosan. Yang ada besok kita tidur nyaman tapi gak bisa makan (ini
sih sama aja, mending gue tidur ngegembel tapi perut dan biaya buku terpenuhi).
Ada beberapa cerita lucu yang kita dapetin selama menjelajah hampir dua puluh
rumah kos. Jangan sampai tertipu atau gagal move on eh maksudnya gagal nego
dengan si ibu kos deh.
Gue :”Oh ya bu berapa harga sewa
kamarnya?”
Ibu :”disini mah murah aja,
standarnya tiga ratus ribu aja kok.”
Gue : (senyum-senyum sambil ngelus
kartu ATM) “ oh gitu bu, itu udah semuanya?”
Ibu :”oh belum sama listrik dek.”
Gue : (pura-pura syok, biar ibunya
kasihan) “emang berapa listriknya bu?”
Ibu : “tiga puluh ribu sebulan,
et tapi inget gak boleh bawa magicom, dispender, kipas angin, radio, tv,
printer atau alat elektronik lainnya kecuali hape dan laptop.”
Gue : (pura-pura mati)
Inget yah, murah tapi gak murahan.
Dan sebaiknya kita perjelas dulu perjanjian di awal tentang bayar berbayar
sebelum repot dibelakang, entah masalah periode bayar atau kenaikan harga kos
yang tiba-tiba tak terkira.
3. Sebenarnya
point ketiga ini gak penting banget tapi ini memang menunjang kenyaman kita di dalam
rumah kos. Ya, kriteria ketiga adalah ‘tingkat kebaikan’ ibu atau bapak kos yang
ada. (“Menurut lo?” )
Emang lu
mau punya ibu kos yang tiba-tiba ngegedor kamar pagi-pagi, marah-marah karena
lu gak membiarakan sebuah piring kotor tergeletak indah didepan kamar. Atau
sekerdar lupa menaruh sepatu pada rak semestinya. Sumpah ini gak enak banget,
kan gak lucu kalau tiba-tiba besok ada cerita tentang ‘kejamnya ibu kos’.
Lagi-lagi ini cerita ibu murti, ibu kos yang bener-bener freak se-Jogja mungkin
yah. Ibu ini kelewatan galaknya. Bayangkan betapa galaknya dia sama kita
berdua, padahal status kita berdua saat itu adalah sebagai tamu. Gak kebayang
deh gimana ibu itu memperlakukan anak-anak kos disana.
Gue :“Assalamualaikum, permisi!”
(sambil buka pintu depan dan mengendap-ngendap masuk kedalam, diikuti Ulfah
temen gue).
Ibu : (tiba-tiba muncul di
jendela kecil rumahnya) “iya ada apa?”
Gue :”ini bu mau nanya kos-kosan!”
Ibu : (nunjuk ke pintu tempat
kita masuk tadi) “mbak bisa baca tulisan dipintu itu kan?”
Gue :”Hah apa bu maksudnya?”
(sambil baca tulisan di depan pintu “Harap Tutup kembali)
Ulfah : (pura-pura mati)
Yaelah bu galak amat yah, tinggal
bilang aja sih suruh tutup pintunya. Gak usah pake kode-kodean segala, udah tau
kita gak pernah nangkep kode siapapun *ehh. Kebayang deh pasti rumah kosnya
banyak terdapat tulisan-tulisan pengumuman kecil atau semacam kode-kodean
segala aturan yang ada disitu.
Gue : (membuka percakapan lagi)
“ya bu, mau tanya kos-kosan disini.”
Ibu : (masih di jendela kecil
rumahnya) “Maaf, kalau boleh tahu dari universitas mana yah?”
Gue : “ UGM bu!” (buset dah ini
ibu kos atau petugas perpustakaan kota. Mau tau banget gue dari universitas
mana)
Ibu : “Oh, semester berapa
emang?” (masih dari jendela rumahnya)
Gue : (yaelah bu keluar kenapa,
biar enak ngobrolnya) “ semester empat bu.”
Ibu : “Oh, tahun kedua berarti
yah. Heem tanggung yah, saya nyari anak baru soalnya.”
Gue : (what?? Ibu maunya yang masih
maba?? ini ibu kos atau ahsudahlah) “oh gitu yah bu yaudah deh”
Ibu : “tungu, kalau boleh tahu
dari fakultas mana yah emangnya?”
Gue : “Dari Teknik bu!”
Ibu : “Apa dari teknik? Oh yaudah
bentar yah ibu bukain pintunya?”
Gue : (WTF?? Tadi katanya dia mau
cari anak yg bakal lama tinggalnya, mentang-mentang gue bilang fakultas teknik
dia langsung mau bukain pintu. Berarti secara gak langsung nih ibu udah
ngeramalin gue lulusnya bakal lama.)
Ulfah : (oke bu cukup tahu)
Yang kaya gini nih yang bahaya,
belum juga ngekos udah dihina-hina. Ampun deh bu, saya cari kos lain aja yah
bu.
4. Ini
kriteria yang paling dan sangat-sangatlah penting dalam mencari kos.
Tanyakanlah segala peraturan dan reng-rengan yang terdapat dalam rumah itu.
“Kamarku adalah singgasanaku” Gak maukan merasa tidak bebas didalam kamar
sendiri. Jangan sampai kaya kos-kosan temen gue yang satu ini, peraturan kosnya
ngalahin peraturan yang ada di asrama atau pesantren-pesantren lainnya
a. Wajib
sholat subhu, magrib, dan isya berjamaah di Mesjid belakang kos. (
#Subhanallah)
b. Hari selasa
jam 6-8 malam pada minggu kedua dan minggu ke empat akan diadakan siraman
rohani (kajian) di dalam rumah kos. Semua penghuni wajib mengikutinya, kalau
tidak lapor 1x24 jam sebelum hari pengajian. (ini ibu kos atau pak RT? )
c. Dilarang
sholat subhu terlambat, akan ada penggedoran kamar tiba-tiba setiap harinya.
d. Bila tidak
mematuhi segala peraturan maka akan diberikan surat peringatan hingga surat
pengusiran. ( Gue : (pura-pura
mati)).
Tuh kan, ini kos-kosan atau pondok pesantren, sekalian aja bu ada
peraturan dilarang pacaran atau IP tidak boleh dibawah angka tiga. Bagi siapa
yang IP nya dibawah tiga maka harga kos-kosan ditambah lima puluh persen sampai
IP kembali menjadi diatas tiga .
Ini lah
beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebelum mencari kos. Gue dan Ulfah yang
sudah sangat menyerah dalam mencari kos-kosan akhirnya memutuskan untuk mencari
kos melalui kakak senior ketimbang mencari kos door to door seperti ini. Ingat mencari kos-kosan itu seperti mencari
yang jodoh. Carilah yang pas dan sejalan agar kita dapat dengan nyaman melalui
hari-hari dan segala rintangannya esok hari. Sebenarnya gak ada yang perlu
ditakuti terhadap segala hal, Cuma ada dua kemungkinan kok didunia ini ‘iya’
atau ‘tidak’. Jangan pernah takut untuk menolak sesuatu hal yang gak kita
inginkan atau tidak sejalan dengan kita. “Selamat mencari kos baru!”
Susah emang cari kost an yg sreg sit wkwkwkwk enakan cari jodoh *eh wkwkwk
BalasHapusBaru bacaaaa hahah. Ana masternya pindah2 kosan.
Hapus