Sabtu, 05 November 2016

Pembenahan Kereta Jabodetabek

sumber : supermilan.wordpress.com
Ada yang pernah merasakan situasi dan kondisi naik kereta KRL jabodetabek seperti gambar diatas? Ya, itu adalah sedikit gambaran kondisi perkereta api-an Indonesia sebelum tahun 2011. Penuh, sesak, sembarangan, kotor, dan tidak aman adalah gambaran kondisi umum trasnportasi masal tersebut. 

Pada postingan kali ini saya tidak ingin mengajak kalian semua untuk memilih transportasi kereta ketimbang transportasi lainnya, Saya hanya ingin mengajak anda falshback ke masa lalu dan memotret kondisi Kereta Api Listik (KRL) Indonesia saat ini. Ya, lebih tepatnya saya mencoba untuk menarasikan kinerja Pemerintah di sektor transportasi dan infrastruktur pendukungnya.  

1. Sistem 'kelas' kereta yang ditiadakan

Sebelum tahun 2011, terdapat 3 perbedaan kelas KRL jabodetabek yaitu ada ekonomi, ekonomi AC dan Express. Harganya cukup bervariasi, kalau kamu merasa punya uang banyak dan tidak ingin cepat sampai kamu bisa menggunakan kereta Express namun jika kamu hanya memiliki uang sedikit kamu harus rela kepanasan tanpa AC dan berdesak-desakan dengan orang banyak menggunakan kelas ekonomi. Pemerintah disini cenderung terlihat pilih kasih, bagi kalangan menengah keatas kamu akan mendapatkan fasilitas kereta yang mewah, aman dan cepat sampai. Berbeda dengan kita yang berada di kalangan menengah kebawah, harus cukup dengan fasilitas kereta ekonomi yang sesak, kotor, banyak kriminalitas dan memiliki resiko kecelakaan yang tinggi.
Setelah tahun 2011, tepatnya setelah adanya pemisahan PT KAI Commuter Jabodetabek dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero), KRL Jabodetabek semua kereta disamakan kelas, harga dan fasilitasnya. Terasa sekali yah perbedaannya. 

sumber : http://www.kompasiana.com
  Suasana kereta kelas ekonomi sebelum 2011, kotor, banyak pengamen dan pengemis, tingkat kriminalitas tinggi, bisa duduk dan berdiri sesuka hati dan bahkan bisa duduk di atap kereta


sumber : naningisme.wordpress.com
 Suasana KRL setelah 2011, semua kereta berAC, bersih, wangi, dijaga petugas pada beberapa gerbong, tidak boleh duduk di lantai apalagi di atap kereta, bebas pengemis dan pedagang.



2. Ticketing yang lebih Modern

 Seingat saya harga tiket ekonomi Bogor-Jakarta adalah Rp. 3.000,- sedangkan harga tiket kereta express sekitar Rp. 11.000,-. Terasa sekalikan kesenjangan sosialnya, harga kereta yang nyaman dan bagus ternyata empat kali lipat lebih mahal dari harga ekonomi. Lalu kita bisa apa yang hanya mampu membayar tiga ribu rupiah. Sebenarnya setiap stasiun memiliki loket dan setiap stasiun memiliki petugas penjaga karcis masuk, tapi fakta dilapangan masih banyak orang yang dengan bebasnya naik kereta ekonomi tanpa membayar sepeserpun, heem mungkin ini penyebab kerugian negara.

Berbeda dengan sekarang, ticketing yang diterapkan menggunakan sistem elektronik money (e-money) dan harga semua kereta disamakan. Kalau dulu kita baru bisa menaiki kereta nyaman dan aman dengan membayar belasan ribu, sekarang hanya dengan uang Rp 5.000,- kamu sudah bisa menempuh jarak Jakarta - Bogor loh. Jangan coba-coba untuk tidak membeli tiket seperti dulu lagi yah, penjagaan dan sanksi yang diberikan akan sangat tegas. Semuanya demi kenyamanan dan keamanan penumpang lain.

Sumber : http://m.kaskus.co.id
 Tiket kereta jabodetabek sebelum tahun 2011, mudah sobek, hilang tidak masalah bahkan tidak membeli juga tidak apa-apa.


Sumber : www.kompasiana.com
 Sistem ticketing setelah 2011, sistem E-money yang memudahkan semua orang, lebih aman dan sulit menerobos pintu masuk tanpa membayar.


3. Infrastruktur pendukung yang nyaman dan baik
Stasiun itu dulu adalah rumah kedua bagi gelandangan, karena tidak dirawat dan dijaga maka dari itu banyak sekali gelandangan yang tinggal disana saat malam. Akhirnya kondisi stasiun sangat kumuh, bau dan tidak nyaman bagi para pengguna kereta. Petugas KRL tidak sering terlihat, bahkan mungkin jarang sekali. Pernah sesekali saya melihat, distasiun sebesar itu hanya ada satu petugas, itu juga si penjual tiket. Kebayangkan rasa tidak aman dan tidak terlayaninya.

Bandingkan dengan sekarang, semua stasiun berlomba-lomba menjadi stasiun yang paling baik. Pelayanan dan service menjadi nomor satu bagi mereka. Betah deh berlama-lama distasiun, sudah bersih, lebih aman dan sangat nyaman ketimbang dahulu.
Sumber : foto.tempo.co
 Kondisi salah satu stasiun Jabodetabek sebelum 2011, kotor, kumuh sebagai rumah gelandangan.

Sumber : tutinonka.wordpress.com
 Setelah 2011, semua stasiun berlomba-lomba dalam pelayanan

Ini adalah penilaian dari saya pribadi,  PT KAI Commuter Jabodetabek selalu mencoba untuk meningkatkan pelayanannya dengan baik dan matang. Hal ini bakal terasa banget kalau kita mengikuti perkembangan dan menggunakan fasilitas transportasi massal ini. Tahukan bahwa jumlah penumpang kereta mencapai 208 juta/ tahunnya (http://jakarta.bps.go.id, 2015). Hal ini dibersamai dengan ditingkatkannya jumlah armada KRL. Sejak tahun 2008 hingga saat ini, kata dia, PT KCJ telah membeli sekitar 784 unit kereta. Jumlah tersebut akan terus ditambah sesuai dengan program pengadaan kereta yang ditargetkan sekitar 1.400 unit KRL pada tahun 2019. (http://megapolitan.kompas.com, 2015). Pembenahan Kereta Jabodetabek menjadi seperti sekarag ini tidak terjadi begitu saja, semua membutuhkan pemikiran panjang dan konsistensi Pemerintah dalam pembenahan. Masyarakat pernah dibuat kecewa dan mencoba beralih dari transportasi ini pada tahun 2011. Hal ini terlihat dari menurunnya angka pengguna kereta dari 9 juta pengguna pada 2010 menjadi 8 juta pada tahun 2011. (http://jakarta.bps.go.id, 2015).

 

Semoga dengan konsistensi Pemerintah, pengelola KRL dan masyarakat pengguna, KRL akan dapat menjadi solusi transportasi massal yang baik dan nyaman bagi kita semua. Jangan lupa selalu menjada fasilitas publik yah.









0 Obrolan:

Posting Komentar