Siti Horiah mencoba kuat, seperti hujan yang tidak pernah lelah jatuh berkali-kali!

Rabu, 29 Januari 2014

KEMBANG API RADIOAKTIF




               
                Segelintir kisah anak teknik nuklir universitas gadjah mada, oke gue akan menceritakan sedikit tentang kehebohan dibalik layar mahasiswa dengan jurusan yang limit di Indonesia. Ya, teknik nuklir itu Cuma ada satu di Indonesia tepatnya di UGM Yogyakarta (Universitas Gadjah Mada). Gila siapa coba yang gak bangga bisa masuk di jurusan ini, tapi jangan salah paham dulu. Ternyata banyak banget cerita dibalik suka dukanya ada di Jurusan yang awalnya Cuma ada satu di ASEAN ini, itu dulu sekarang udah ada juga teknik nuklir di Malaysia.


            Berawal dari sebuah kebanggaan bisa diterima di Teknik Nuklir yang punya kuota Cuma 50 orang. Heem, dulu gue sama anak yang lain berpikir tentang kenapa kuota buat teknik nuklir Cuma sedikit ketimbang jurusan lain di UGM yang kuotanya bisa sampe 200-350 orang. Mungkin dibuat sedikit karena peminatnya sedikit, telisik demi telisk ternyata kita salah karena ternyata probabilitas saingan masuk teknik nuklir baik lewat jalur undangan atau jalur ujian tulis itu bisa satu banding tigapuluh orang. Gila gak tuh? Bersaing mati-matian namanya. Oke hipotesis pertama tentang sebab kuota sedikit  di teknik nuklir sedikit salah. Terus, kita punya pikiran lagi tentang sebab yang lain, yaitu karena emang profesi setelah lulus dari teknik nuklir cuma sedikit atau mungkin gaka ada sama sekali, jadi Indonesia emang gak butuh banyak-banyak Sarjana Teknik Nuklir. Dan tau, ternyata hipotesis kita yang kedua ini juga salah man. Gimana gak salah, ternyata hampir semua profesi bisa kita masukin dengan ilmu yang kita dapat waktu kuliah di teknik nuklir. Lah, terus apa dong alasannya teknik nuklir Cuma ada satu dan kuotanya sangat-sangat sedikit? Ternyata jawabannya adalah karena ilmu nuklir itu berbeda dari ilmu lainnya, gak semua orang mau dan bisa mempelajarinya, alat laboratorium yang ada juga belum sempurna dan jumalahnya belum banyak banget karena keterbatasan dana, dan yang terkahir adalah karena Indonesia belum sepenuhnya mau berpihak sama energi yang satu ini. Oke semoga aja di tahun kedepannya Indonesia bisa menjadi lebih baik dan terbuka pikirannya dengan pemanfaatan energy nuklir ini.
            Sampe disini kita semua anak teknik nuklir merasakan bangga yang luar biasa, ya gimana enggak lolos SNMPTN aja itu bangganya luar biasa, sekarang di Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada lagi. Ya, awal yang baik memang untuk mencapai tujuan yang baik. Pada masa itu, kalau kalian tanya sama MaBa (Mahasiswa Baru) teknik nuklir rata-rata mereka semua pasti bingung kenapa bisa memilih teknik nuklir sebagai program studi lanjutannya. Kenapa gak Fisika Teknik aja sekalian atau teknik kimia gitu yang memang dari awal udah dapet basicnya di SMA. Ya, itulah takdir. Bahkan gue sendiri bingung kenapa bisa memilih teknik nuklir padahal gue suka nya sama pelajaran kimia.
            Awalnya gue sangka (waktu itu pikiran gue masih awam) teknik nuklir itu adalah anaknya teknik kimia makanya dari itu gue yang sama sekali gak suka dengan mata pelajaran fisika memilih dengan pasti teknik nuklir untuk menghindari fisika. Alhasil ternyata Teknik Nuklir dan Fisika Teknik itu satu jurusan. Pernah suatu hari gue ngotot sama senior gue tentang Fisika Teknik dan teknik nuklir.
            Berawal dari Her-Registrasi hari pertama, semua senior bakalan ngejemput kita para MaBa di Gedung Serbaguna Universitas ini, namanya GSP. Gue yang waktu itu kehilangan arah berjalan dengan polosnya sambil tengok kanan-kiri dimana pada saat itu suasana penuh dan sesak. Hampir semua kakak-kakak jurusan megang papan kecil yang nunjukin identitas jurusannya masing-masing. Yah, lebih tepatnya mereka kaya orang-orang yang mau jemput kenalan barunya di bandara sambil bawa papan nama. Selangkah dua langkah, gue gak ketemu sama tulisan ‘Teknik Nuklir’. Langkah selanjutnya, ternyata gue masih gak bisa nemuin juga, bahkan sampai habis gue puterin GSP tapi gak nemu juga tuh papan nama jurusan gue. Sampe frustasi dan akhirnya gue mengira kalau memang anak teknik nuklir itu gak gaul masa acara arak-arakan MaBa aja mereka gak ikut sih. Mungkin inilah nasib punya senior yang sedikit. Sampai pada akhirnya ada seorang senior mendekati gue yang udah terlihat kaya anak kecil mau nangis karena gak punya temen. Postur tubuh senior gue ini sedikit gemuk, berkacamata, dan berjilbab. Oke sebut saja dia Mbak Rismah. Gue lihat papan yang dia pegang, berharap kalau mbak ini adalah senior gue. Ternyata salah, tulisan di tangan mbak Rismah itu bukan nama jurusan gue, tapi nama jurusan yang gue hindari kemarin, ya ‘Fisika Teknik’.
            “Kamu jurusan apa dek?” Tanya mbaknya lemah lembut banget.
            “Teknik Nuklir mbak, tau gak dimana?” Kata gue dengan nada sedikit songong.
            “Oh disana, gabung aja dibawah spanduk yang ada tulisannya ‘Calon menantu idaman’.” Sambil nunjuk beberapa Maba yang terlihat bangga banget karena ada dibawah tulisan yang pada masa itu gue akuin keren.
            Dengan bangganya gue berjalan ke arah mereka, gak sabar rasanya nyamperin temen-temen teknik nuklir yang limited ini. Pasti mereka semua orang yang hebat-hebat dan keren. Sambil terus melangkahkan kaki ini, tiba-tiba ada hal yang janggal dalam semua ini. Gue rasa ini bukan teknik nuklir deh, kok ceweknya banyak banget. Setau gue haruasnya Cuma ada lima cewek disitu tapi kenapa ada banyak banget jumlahnya. Wah, kayanya ini bukan teknik nuklir deh. Benar aja, gak jauh dari situ gue liahat ada sebuah papan kecil yang di pegang oleh salah satu senior di dekat kerumunan itu yang bertuliskan ‘Fisika Teknik’. Lah, berarti mbak yang tadi beneran salah ngasih tahunya, mungkin dia kira gue anak Fisika Teknik kali yah. Akhirnya gue samperin mbaknya lagi dan minta pertanggung jawaban perlakuan dia dengan sedikit ngotot.
            “Mbak Teknik Nuklir dimana?”
            “Iya disitu dek, di bawah spanduk yang tadi udah aku tunjukin.” Jawab mbaknya masih ramah.
            “Itu kan Fisika Teknik mbak.”
            “Iya memang Fisika Teknik.”
            “Aduh mbak, saya itu teknik nuklir.” Emosi gue muncak
            “Iya sama aja adek.” Emosi mbaknya ikutan muncak
            “Beda mbak, teknik nuklir gak samalah sama Fisika Teknik.” Ngotot karena merasa gue dipermainkan.
            “Sama dek, Teknik Nuklir dan Fisika Teknik itu nama program studi tapi mereka dalam satu jurusan yang sama yaitu Teknik Fisika. Disitu juga ada senior Teknik Nuklirnya kok.” Sahut mbak Risma sambil nunjuk seseorang dibelakang sana yang langsung mengambil perhatian gue dengan pancaran auranya.
            Gak pake lama, gue langsung menuju senior yang direkomendasiin sama Mbak Risma. Mencoba memperhatikan senior ini, entah kenapa gue langsung lupa kalau gue satu jurusan sama fisika teknik yang artinya bakalan banyak banget mata pelajaran fisikanya saat kuliah nanti. Gue langsung skakmat man karena liat ini senior. Gila manis banget udah gitu ramah lagi. Kalau aja gue gak punya malu udah gue ajak kenalan deh ini kakak satu.
            Oke lupakan hal itu, sekarang mari kita lanjutkan pembahasan mengenani teknik nuklir dan fisika teknik. Gue saranin deh buat semua orang yang mau masuk Teknik Nuklir itu dipikir berkali-kali karena teknik nuklir itu bener-bener identik dengan yang namanya fisika. Liat aja mata kuliahnya ada elektronika, rangkaian listrik, fisika dasar aja sampe dua kali, belum lagi fisika atom inti. Nah inilah beberapa kesalahan gue sama temen-temen gue yang rata-rata gak suka fisika tapi malah berani nyemplung ke teknik nuklir. Coba aja tanyain sama temen-temen teknik nuklir, berapa persen sih anak yang suka sama fisika? Tapi untungnya mata kuliah yang berbau fisika Cuma bertahan sampe dua semester, sisanya bener-bener mempelajarai tentang ke-nukliran. Bukti dari banyaknya kita gak suka sama pelajaran fisika itu yah liat aja dari nilai fisika dasar  kita yang banyak dapet dibawah nilai B, ya berlimpah banget tuh anak-anak yang dapet C bahkan D. Tapi kita gak peduli, karena basic sesungguhnya kita disini itu memang harusnya ilmu tentang ke-Nukliran. Gagal paham sama jurusan sendiri kali yah lebih tepatnya. Tapi hidup bagi kita belum berakhir sampai disini man.
            Kenapa gagal paham terjadi sama kita? yah mungkin karena kita bener-bener terlalu crowded bisa di terimanya kita di teknik nuklir. Gak sedikit loh yang bingung kenapa kita bisa sampe diterima di jurusan ini. Gak nyangka sama kemampuan yang kita miliki apalagi kita yang diterima lewat jalur rapor, ya mungkin ini salah satu dampak dari sindrom SNMPTN yang bergejolak setiap setahun sekali. Pernah satu percakapan gue sama temen baru gue, sebut saja namanya Hibat dan Avy. Ya, mereka ini adalah temen-temen pertama yang gue temuin. Ternyata emang bahasan pertama obrolan kita itu gak terlalu bermutu, ya tentang kenapa ya kita bisa di terima di teknik nuklir?
            “Lu tau gak, gue kok heran yah kok gue bisa di terima di teknik nuklir? Apa jangan-jangan gak ada yang daftar kali, makanya itu gue bisa diterima.” Sahut gue sama kedua orang yang terlihat kalem awalnya.
            “Kok sama sih pikirannya sama aku, aku juga mikirnya kaya gitu. Mana jumlah kita yang harusnya berdua puluh kok Cuma ada sembilan belas orang ya?” Celoteh hibat dibumbui oleh logat pekalongan yang waktu itu bener-bener kentel.
            “Iya kali yah emang Cuma sembilan belas yang daftar, makanya aku juga heran padahal rankingku gak gede-gede amat.” Avy mulai nimbrung.
            Ya, disitulah kebingungan kita kenapa kita bisa diterima di teknik nuklir. Sampe pada akhirnya kita tahu kalau yang daftar di teknik nuklir pada masa itu mencapai angka empat ratus orang. Oke ternyata kita memang hebat bisa bersaing dengan empat ratus orang untuk bisa menduduki duapuluh bangku teknik nuklir ini.
            Terlepas dari kebanggaan kita bisa diterima di teknik nuklir. Ternyata banyak banget loh duka diluar sana. Apa lagi kita yang anak undangan, setelah diterimanya kita di jurusan ini kita itu menjadi pengangguran dulu selama dua bulan sambil menunggu kedatangan teman baru yaitu anak-anak yang lolos SNMPTN tulis. Selama masa pengangguran itu banyak banget hal yang kita lakuin, ada yang ngambil part time untuk nambah-nambahin bekal kuliah nanti. Ada juga yang jalan-jalan keliling rumah saudara, mungkin awalnya mau minta restu berangkat mencari ilmu ke Yogyakarta tapi telisik punya telisik niat mereka ke rumah saudara itu sama kaya anak yang ngambil part time yaitu untuk mencari uang bekal kuliah besok. Nah selama masa ini, banyak banget orang-orang yang nanya pada masing-masing ribadi kita tentang tempat kuliah kita nantinya. Gue kasih contoh pertanyaan dan pernyataan yang sering terlontar dari orang-orang yang pertama kali dengar kita diterima di teknik nuklir.
            “Mbak, kamu keterima dimana?” Ini lah pertanyaan yang sering banget terlontar.
            “Teknik Nuklir UGM.” Kalau ini sih jawaban yang terlontar dari bangga sampai malas juga karena udah tau pernyataan apa yang akan keluar dari mereka setelah mendengar nama jurusan yang gue ambil.
            “Hah gila! Mau bikin BOM yah?”
            “Are you teroris?”
            “Nanti kamu mandul loh, hati-hati!”
            “Nanti semester empat wajib nikah yah?”
            “Anak buahnya ISRAEL mesti ini.”
            “Kenapa ambil jurusan ini? Kalau lulus jadi apa?”
            Hello, inilah pernyataan yang awalnya sempet bikin gue dan anak-anak lainnya merasa capek dan sedikit minder. Kemaren gue sama kaya mereka yang awam sama yang namanya nuklir. Tapi sekarang gue mau jelasin kalau semua pernyataan mereka di tas itu salah. Kalau gak percaya cobain aja masuk teknik nuklir.
            ‘Kamu teroris yah, mau bikin BOM yah?’ Ini pernyataan keren tapi sedikit gila. Seru juga sih kalau kita bisa bikin bom tapi masa iya sih, pemerintah gak ngelarang adanya jurusan ini kalau kita belajar empat tahun Cuma buat bikin bom aja. Dengerin yah, selama delapan semester ini gak ada tuh namanya mata kuliah pembuatan bom atau sejenisnya. Heem, setau gue juga sih gak ada tuh senior gue yang udah lulus bisa bikin bom atau bahan peledak lainnya terus dia diburu tim densus dan masuk penjara gara-gara jadi teroris. Oke fine kan, kalau kita itu mahasiswa biasa aja kan bukan pembuat bom atau teroris kaya yang kalian duga.
            Tentang mandul atau harus nikah cepet juga ini tuh Cuma mitos belaka. Asal tau aja yah, hura-huru mikirin nikah di semester empat ujian aja gak kepikiran. Faktanya aja gue, temen gue dan bahkan senior gue itu banyak banget yang masih jomblo kok. Terus mau nikah sama siapa? Bahkan gue belum pernah liat senior gue nikah dan bawa-bawa anak ke kampus. Kalau masalah mandul sih, bukan dari teknik nuklir tapi dari datangnya dari Tuhan. Belum ada sih kasusnya ada yang mandul karena teknik nuklir. Ini karena kita tahu batasan dan proteksi radiasi yang aman saat kita sedang di laboratorium. Oh My God, maka pernyataan apa lagi yang akan kalian keluarkan tentang teknik nuklir? Oke lupakan, pokoknya ini fakta sesungguhnya tentang gue, mahasiwa lainnya dan teknik nuklir. 

-Bersambung-

Masih Mau Gandengan?



                Ada beberapa alasan gue membuat tulisan ini, bukan untuk menyindir atau mengajari orang lain. Tapi gue membuat tulisan ini adalah karena gue sadar, kalau selama ini tindakan yang gue lakuin dan pandangan gue tentang pacaran itu salah. Jadi gue Cuma mau ngeshare ini aja ke kalian.



“Truk aja gandengan, masa kamu enggak?”
            “ATM aja Bersama , masa kamu enggak?”
            Ini adalah kata-kata sindiran yang sering banget terlontar dari mulut temen-temen gue sama orang-orang yang masih jomblo. Okey mungkin emang iya, beberapa orang menganggap jomblo adalah sebuah masalah. Ke jombloan seseorang itu adalah suatu bahan bully-an yang paling seru. Ada aja yang dibahas tentang kejombloan seseorang. Dari mulai yang udah jomblo lebih dari tiga tahun gara-gara gak laku dan di tolak berkali-kali, ada juga yang udah pacaran bertahun-tahun dan harus putus, yang lebih parah itu biasanya adalah kejombloan gara-gara selalu menjalin hubungan tanpa status sama orang lain tapi ending nya malah ditinggal jadian sama yang lain.

            Apa sih masalahanya sama yang namanya Jomblo? Oh gue tau, mungkin masalah ke-jomblo adalah saat malam minggu tiba. Yang enggak jomblo biasanya pergi keluar sama pacar atau gebetan barunya, terus yang masih jomblo itu Cuma bisa asik nongkrong di timeline jejaring sosial ngepoin akun-akun orang lain. Sejauh ini bukan masalah utama buat gue, gue seneng-seneng aja mantengin timeline pas malem minggu. Jadi apa dong masalahnya buat yang jomblo? Oh mungkin masalah jomblo terbesar itu adalah ketika mereka bangun tidur terus mereka ngeliat handpohone dan berharap ada sebuah pesan singkat yang berisi ucapan “selamat pagi” tapi ternyata enggak pernah ada. Okey, bagi gue ini juga bukan sebuah masalah kejombloan. Jadi apa dong yang salah dari jomblo? Gak adanya temen makan? Lah kaya gak punya temen lain aja buat diajak makan. Gak ada yang ngingetin sholat dan makan? Ya selagi ada alarm sama SMS dari orang tua ini bukan sebuah alesan kejombloan. Fiks sekarang gue tau, permasalahan besar, utama dan satu-satunya dari jomblo adalah ketidak punyaan-nya pasangan. 

            Kata orang-orang jomblo itu ada dua jenis, yang pertama jomblo karena nasib dan yang ke-dua itu adalah jomblo karena prinsip. Biasanya orang yang jomblo akan mengaku bahwa dirinya masuk kedalam jenis jomblo ke dua yaitu jomblo karenan prinsip. Mereka bilang

“Jombko itu bukan berarti enggak laku yah.”
            Terserah deh orang-orang mau bilang apa tentang jomblo. Yang jelas gue nyaranin sama kalian semua yah, kalau KALIAN ITU BOLEH PACARAN KETIKA KALIAN BENAR-BENAR MERASA SANGAT MEMBUTUHKAN PACARAN. Ya, kenapa gue bilang begini karena banyak banget alesan negatif tentang pacaran.

Alasan yang pertama adalah pacaran menyita waktumu beberapa detik untuk pertemananmu. Ada suatu penelitian tentang jatuh cinta, ini bukan berarti gue ngelarang orang lain untuk jatuh cinta yah. Tapi bener deh sama hasil penelitiannya, “Ketika kamu jatuh cinta, kamu akan kehilangan minimal dua orang teman terdekatmu.” Ya, pernah ngerasain hal ini kan? Apa lagi ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang yang sahabat kamu anggap adalah orang yang salah. Atau ketika kamu jatuh cinta dan berpacaran kamu mengorbankan segalanya demi dia. 

            Contoh kecilnya aja deh adalah ketika kamu jatuh cinta sama si A, kamu pasti bakalan asik ngepoin akun jejaring sosialnya dia. Nah disaat kamu asik ngepoin si A kamu lupa dan gak sadar kalau orang disebelah kamu lagi ngajak ngobrol atau lagi pengen curhat tapi kamunya malah sibuk sendiri. Nah itu contoh kecilnya aja ketika kamu jatuh cinta, kamu kehilangan beberapa detik moment bersama sahabat kamu.
            Contoh yang lebih besar itu adalah ketika kamu dan si A telah berpacaran, kamu pasti bakalan sibuk banget ngurusin dia. Minimal kamu bakal sibuk nelponin dia ketika dia belum bangun dan dia harus masuk kuliah jam 7, padahal disampingmu ada temen kamu yang lagi badmood gara-gara hampir telat masuk kuliah dan kamu gak peduli sama dia. Atau mungkin ketika temen-temen satu organisasi atau komunitasmu ngajak makan bersama, terus kamu harus ngerelain acara itu karena kamu udah punya janji duluan pergi main sama si A pacar kamu. Dan kemungkinan kalaupun kamu ikut makan bareng komunitas mu, disana kamu bakalan sibuk sendiri SMSan sama pacar kamu. Kebuktikan tanpa sadar selama ini kamu telah kehilangan beberapa detik kehangatan pertemanan kamu. 

            Alasan yang kedua adalah pacaran itu tidak peduli lingkungan. Okay, ini adalah alasan yang udah jelas banget semua orang tahu. Gimana enggak, ketika kamu lagi PDKT sama si A lewat SMS, BBM, Line, Chat atau lainnya kamu itu bakalan Cuma asik sendiri tanpa pernah tengok kanan-kirimu. Tau gak dibelakang sana ada temen yang ngegerutu karena kamu udah lagi enggak ada buat mereka. Nah yang itu terjadi ketika PDKT, kalau yang terjadi lagi pacaran itu lain lagi. Banyak kasus kalau orang yang pacaran hanya perduli dengan pasangannya masing-masing, dari mulai peduli banget sama pacarnya yang lagi males untuk makan. Terus pasangannya yang satu seharian ngebujuk pacarnya untuk makan tanpa pernah peduli kalau teman sebelahnya udah enggak makan 2 hari karena gak punya uang. Biasanya yang pacaran Cuma nanya sama pasangannya “Udah makan belum?” dan dia gak pernah sama sekali SMS adiknya dirumah sana dengan pertanyaan yang sama. Oke deal kalau pacaran itu tidak peduli lingkungan, apa lagi yang mesra-mesraan di depan umum itu udah keterlaluannya gak peka dan peduli lingkungan.

            Alasan yang ke tiga adalah pacaran memberi segalanya. Heem, yang ini sih udah gak diraguin lagi. Katanya mau pacaran komitment dong dari awal kalau kamu akan memberikan segalanya hidup dan mati untukku. Gak usah jauh-jauh deh dengan membuang waktu kita satu jam sehari buat telponan sama dia aja itu sudah membuktikan pacaran memberi segalanya. Kebayang gak, kalau yang satu jam itu kamu manfaatin buat nulis laporan atau nulis cerpen gitu sekalian. Contoh berikutnnya adalah ketika kamu harus menguras emosi kalau pacar kamu lagi ngambek, sumpeh deh yang ini bikin kacau segalanya. Mulai dari jadwal makan, tidur dan otak kita bakal terganggu dengan hal ini. Gilee kan! Cinta harus memberi segalanya.

            Alasan yang ke empat, pacaran itu nambahin banyak dosa. Eits kalau dosa berzinah mah gak usah diomongin lagi. Ini kita membicarakan tentang dosa yang kecil-kecil dulu aja deh. Mulai dari dosa saat kamu berbohong sama pacar kamu, ya gak mau ketahuan kalau kamu belum makan dan kamu takut di paksa makan jadi kamu bohong sama dia. Yang kedua, ketika kamu jatuh cinta lagi dengan orang lain maka kamu akan menghalalkan segala cara untuk menutupi hal itu dari pacar kamu, ya kan? Contoh lainnya adalah ketika kamu berantem dengan pacar kamu, akhirnya kamu dateng nangis-nangis sama sahabat kamu dan membicarakan semua kejelekan dan kejahatan pacar kamu. Nah Loh! 

            Alasan terakhir kenapa pacaran lebih banyak dampak negatifnya ketimbang postif adalah Pacaran membuat pendewasaan dini. Ih gila, kalau yang ini sih gak usah dibahas sebenarnya kalian juga tahu. Pernah sadar gak sih, kalau kamu itu masih SMP, SMA dan masih terlalu bocah untuk mikirin yang namanya cinta-cintaan. Bagian disuruh bahas tentang politik negara ini aja kalian semangat bilang “gue masih terlalu muda buat ngomongin itu.” Kenapa gak diterapin di pacaran, ketika kamu sadar bahwa kamu itu masih terlalu muda untuk ngomongin tentang pacaran untuk membicarakan masalah perselingkuhan, seks, orang ketiga, dan jodoh. Coba lebih bermanfaat lagi pikirannya buat ngomongin masalah Negara, fashion, atau keadaan lempengan bumi yang makin hari makin bergeser aja. Emang terlalu lebay sih saran ini tapi setidaknya lu tidak akan terlihat dewasa sebelum waktunya ketika lu membahas sebuah ilmu pengetahuan.
            Nah itu alesan yang bikin gue kapok ajtuh cinta dan pacaran sebelum waktunya, masih banyak yang harus gue pikirin ketika gue masih muda dan masih banyak yang harus gue lakuin untuk orang lain di dunia ini ketika gue masih muda. Bukan menyarankan buat enggak pacaran, tapi pacaranlah ala kadarnya. Tau kadarnya yang sesuai jangan sampai pacaran merenggut segalanya. Kamu enggak pernah tau, ketika kamu lepas dengannya ternyata banyak hal yang bisa kamu lakukan dan banyak orang yang menunggu kamu sapa di depan sana. Tetap tersenyum dengan semua yang ada, masa lalu ada bukan untuk disesali tapi untuk diambil hikmah dan pelajaran. Hidupmu kamu yang menentukan bukan dia orang lain.